16 November 2023
Ditulis oleh: admin - Monday, 21 November 2022 | 08:46 WIB
Injil Lukas 23: 35-43
23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” 23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 23:37 dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” 23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi” 23:39 Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” 23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” 23:42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” 23:43 Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Perikop ini dapat dibagi menjadi 2 bagian: 1) ayat 35-38, para pemimpin agama Yahudi dan para prajurit yang menyalibkan Yesus mengolok-olok Yesus. 2) ayat 39-43, menyampaikan dialog antara Yesus dan dua penjahat yang disalibkan bersama Dia. Penjahat yang satu mengolok-olok Yesus, tetapi ditegur oleh penjahat yang kedua, dan Yesus menjanjikan Firdaus kepadanya.
Sekilas tampak aneh bahwa bacaan untuk mengenangkan Kristus sebagai Raja Semesta Alam justru berbicara tentang Yesus yang digantung pada kayu salib bersama dengan dua orang penjahat. Penjahat yang disalib bersama dengan Yesus itu juga yang menyampaikan pengakuan bahwa Yesus akan datang sebagai Raja. Pengakuan inilah yang membuat Yesus menjanjikan Firdaus kepadanya. Tetapi, hal ini seringkali dipahami secara keliru. Seolah-olah tidak masalah bila orang seumur hidup berbuat dosa, yang penting menjelang kematiannya ia bertobat. Lalu orang mengambil sikap yang keliru juga: membiarkan diri tetap berdosa dan menjalani kehidupan semaunya sendiri. Apakah Allah berkenan atas orang yang demikian?
Banyak orang memilih untuk menerapkan standar manusia pada Allah. Salah satu contohnya dapat kita temukan dalam Injil yang kita dengar hari ini. Pada peristiwa penyaliban Yesus, orang-orang menghujat Yesus. Mereka berpikir sederhana: “Kalau dia adalah Raja, mengapa tidak turun dari salib dan menunjukkan kekuasan-Nya?”. Status “Raja” diukur dengan bukti yang dapat dilihat. Yesus tidak memberi jawaban pada mereka. Yesus hanya mau menjawab permintaan seorang penjahat yang disalibkan di samping-Nya. Yesus paham bahwa untuk menebus dosa manusia ialah dengan taat sampai mati di kayu salib. Penebusan tidak terjadi dengan memimpin sebuah gerakan perlawanan dan mengalahkan banyak orang, sehingga pada akhirnya memiliki kekuasaan yang tidak terbantahkan dari pihak manapun juga.
Karya keselamatan yang dibawa oleh Yesus adalah sebuah proses yang melewati jalan penderitaan. Yesus tidak pernah menjanjikan sebuah kemenangan lewat sebuah gerakan perlawanan yang bersifat politis. Pandangan orang-orang pada zaman itu mengacu pada janji keselamatan yang terjadi dalam kisah Perjanjian Lama. Keselamatan atau pembebasan dinubuatkan akan datang dari keturunan Daud yang diangkat sebagai Raja oleh tua-tua Israel. Dari keturunannya dinubuatkan akan lahir seorang Mesias, sang tokoh pembebas. Kehadiran Yesus, apalagi berasal dari keturunan Daud, semakin meyakinkan nubuat tersebut. Yesus memang benar berasal dari keturunan Daud dan datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, tetapi tidak dengan jalan perang. Perbedaan konsep penyelamatan yang akan dibawa oleh Mesias inilah yang menjadi pemicu hujatan dan hinaan yang ditujukan kepada Yesus yang di salib.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose menegaskan status Mesias yang dibawa oleh Yesus. Paulus mengatakan agar kita bersyukur kepada Bapa, yang telah hadir dalam Kristus yang kelihatan dan hadir sebagai manusia di tengah-tengah kita. Paulus menekankan tentang misi Kerajaan Allah yang dibawa oleh Yesus, yaitu penyelamatan. Keselamatan dengan jalan penderitaan, wafat di salib, dan akhirnya bangkit ke Surga. Kebangkitan Yesus menjadi tanda bahwa Yesus memang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Kebangkitan menjadi jaminan keselamatan kita yang masih berziarah di dunia ini.
Hendaklah kita selalu bersyukur atas penyelamatan yang sudah dialami lewat diri Yesus dalam kisah kebangkitan. Bentuk-bentuk syukur kita sebagai orang yang sudah ditebus harus nyata dalam hidup sehari-hari. Seperti Yesus yang mengajarkan kasih dan jalan damai, kita pun hendaknya menjadi pembawa damai dan kasih dalam hidup sehari-hari. Mari selalu bersyukur akan karya Penebusan Kristus dalam hidup kita dan membuktikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita adalah orang-orang yang sudah ditebus oleh Yesus, Sang Raja.
Dalam perikop ini juga Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa Ia tidak bersukacita atas kemalangan orang berdosa, tetapi Ia menghendaki keselamatan mereka. Karena, Ia memang datang ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Setiap orang yang berdosa dipanggil untuk bertobat: meninggalkan dosa lalu hidup mengikuti kehendak Allah yang mengasihi-Nya. Orang berdosa yang telah berjumpa dengan Tuhan akan mengubah cara hidupnya karena percaya bahwa Tuhan mengasihi dia dan menghendaki dia berbahagia di Surga bersama-Nya. Penjahat itu berjumpa dengan Yesus di kayu salib, dan sejak perjumpaan dengan Yesus, ia menjadi percaya kepada-Nya dan mau menanggung penderitaan yang layak diterimanya sebagai orang berdosa. Bagaimana mungkin para pengikut Kristus yang sudah percaya kepada-Nya, ingin tetap berdosa dan ingin bertobat kalau sudah mau meninggal? Sikap yang diambil ini bukanlah sikap tobat yang sebenarnya.
Yesus adalah Raja Agung yang menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita. Pertanyaannya: apa yang harus kita lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada-Nya dan tanda bahwa kita sungguh-sungguh menghargai apa yang telah dilakukan-Nya? Bila kita ingin menghormati Yesus sebagai Raja segala Raja dan menghargai apa yang telah diperbuat-Nya semasa hidup, belajarlah dari Dia yang berani membawa dan membela kebenaran yang dari Allah dalam hidup sehari-hari. Yang harus kita lakukan adalah menjauhkan diri dari segala kepentingan kerajaan dunia dan kesenangan sendiri dan mendekatkan diri pada kehendak Tuhan. Bila kita melakukan hal tersebut, kita dapat hidup benar dihadapan Tuhan, Raja kita.
Saat kita merasa tidak ada lagi pertolongan, putus asa karena doa-doa kita seolah memantul kembali dari langit-langit, ingatlah jawaban Yesus pada penjahat itu. Adakah situasi yang lebih berat daripada tergantung di salib hina, serta dianggap sebagai pendosa paling bejat? Iman dan pengharapan kita harus tertuju kepada Allah yang tetap memegang kendali. Mungkin Allah tidak mengubah keadaan seperti yang kita kehendaki, namun Dia tetap memberikan kekuatan dan penghiburan, bahkan melalui apapun dan siapapun (2 Kor 1:3-4). Percayalah, Yesuslah Tuhan, Raja dan Penyelamat yang mencintai kita tanpa pamrih.
3 November 2023